Kompleks Candi Prambanan terletak di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan merupakan bagian dari gugusan percandian yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) dengan nama Prambanan Temple Compounds (Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Asu) dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) World Heritage Commiittee pada 13 Desember 1991 dengan Nomor C. 642.
Penetapan gugusan percandian prambanan memenuhi 2 kriteria dari 10 kriteria yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu pada butir (i) dan (iv), yang berbunyi:
- (i) Gugusan Percandian Prambanan memperlihatkan seni budaya Siwa terbesar yang merupakan mahakarya (master piece) masa klasik Indonesia.
- (iv) Gugusan Percandian Prambanan merupakan Kompleks bangunan religius terkenal yang mencerminkan karakteristik/ciri Siwa sekitar abad ke 10M.
Candi Prambanan memiliki 3 halaman yang ditata memusat (pola konsentris). Setiap halaman dibatasi pagar keliling.
- Pada halaman I (pusat) terdapat 16 candi antara lain: 3 candi utama (Candi Brahma, Candi Siwa, Candi Wisnu); 3 candi wahana (Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa); 2 Candi Apit (Apit Utara dan Apit Selatan); 4 Candi Kelir; dan 4 Candi Patok. Letaknya di depan pintu masuk di empat sisi, yaitu sebelah utara, selatan, timur dan barat. Secara simbolis berfungsi sebagai penolak bala.
- Pada halaman II terdapat Candi Perwara berjumlah 224 dengan rincian: deret pertama 68, deret kedua 60, deret ketiga 52 dan deret keempat 44. Candi-candi tersebut tidak semuanya dalam kondisi utuh. Sebagian besar telah runtuh.
- Pada halaman III tidak ditemukan candi, hanya terdapat sebagian struktur gapura dan pagar.
Sejarah Pendirian Candi Prambanan
Pembangunan Candi Prambanan berkaitan erat dengan Pembangunan Candi Borobudur. Prasasti Siwagrha menyebutkan tokoh suami istri yang berbeda keyakinan yaitu Rakai Pikatan Dyah Seladu (Hindu) dan Ratu Pramodhawardani (budha)
“jeta wiraga Maharaja waranugraha maheswara ta sira riswa ri curapati”
Artinya
Dia adalah seorang pemuja Siwa berbeda dengan ratu, yang merupakan pasangan dari pahlawan. Jadi dari baris pertama prasasti Siwagrha dapat disimpulkan bahwa siwa dan budha terjalin toleransi yang kuat. Meskipun pasangan suami istri, tetapi Rakai Pikatan memberikan kebebasan kepada ratu nya untuk tetap memeluk agama Budha.
Prambanan dibangun oleh Rakai Pikatan (laki – laki) dengan bentuk yang runcing dapat disimpulkan sebagai lingga. Sedangkan Borobudur yang tambun (diselesaikan oleh Ratu Pramodhawardani) disimpulkan sebagai yoni. Sehingga Prambanan dan Borobudur merupakan satu kesatuan antara Lingga dan Yoni (Pikatan dan Pramodhawardani)
Berkenaan dengan pembangunan Kompleks Candi Prambanan, para ahli arkeologi sering mengkaitkan dengan prasasti Siwagrha yang berangka tahun 778 Çaka atau 856 Masehi. Dalam Prasasti Siwagrha diketahui peresmian yaitu pada Hari Kamis Wage, hari ke 11, bulan Margasira, Wurukung.
“Ri kala nikanang saka bda wualung gunung sang wiku samarggacira ciklapaksa sawelas ya na tang tithi wrespati wagai lawan mawurukung ya na wara weh”
Artinya
Pada masa tahun saka (dilambangkan oleh) wualung (8), gunung (7), bhiku (7). Pada bulan paruh petang (tilem) bulan Margasira yang cerah, hari sebelas. Pada hari Kamis Wage dan Wurukung, itu adalah hari dimana arca Tuhan telah selesai diresmikan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa aliran sungai yang melintas di rumah bhatarq dipindahkan
“Yatekana tewek bhatara ……. Tang siwalaya samapta diwyottama luah ya inalihaken apaniyanidik palmahan”
Pada saat itu juga ditentukan batas sawah milik bhatara dalam Prasasti disebutkan
“huma sahiyang alih tampah taikang huma tumama rikeng ciwagrha”
Relief Cerita di Candi Prambanan
Candi Prambanan sebagai Candi dengan latar belakang Agama Siwa, diketahui terdapat relief cerita. Adapun relief yang terpahat di dinding pagar langkan dalam ialah:
- Relief Ramayana (Candi Siwa dan Candi Brahma)
- Relief Kresnayana (Candi Brahma)
- Relief Suwa Tandawa (terpahat pada dinding pagar langkan luar).
Dalam relief Ramayana diketahui beberapa informasi cerita yang berhubungan dengan gambaran masa lalu, diantaranya:
- Pemujaan yang dilakukan oleh para resi dengan menggunakan api pemujaan (homa yajna)
- Persembahan kepada raja yang berupa buah-buahan, meliputi “mangga, durian, kelapa, manggis, jambu mete, dan mangga”.
- Persembahan atau hiburan dengan menampilkan tarian kerajaan berupa tarian keprajuritan yang diiringi dengan gamelan berupa kendang, seluring, dan cengceng”
- Adanya terompah atau utpala yang diberikan rama kepada bharata.
- Makanan yang di dahar oleh para rsi, diantaranya ikan gabus, kepiting, Cumi cumi, belut, sate daging, Kepala kakap, serta 3 minuman berupa madu, jatirasa, dan ginca.
Pemujaan Dewa-dewi di Candi Prambanan
Candi Prambanan sebagai candi pemujaan, tentu saja ada beberapa figur dewa yang disemayamkan dalam bilik candi, diantaranya:
- Arca Siwa Mahadewa/Siwa Pasupatha yang diletakkan dalam bilik utama Candi Siwa, yaitu di sisi Timur.
- Arca Agastya diletakkan di bilik sisi Selatan
- Arca Ganesha diletakkan di bilik sisi Barat
- Arca Dewi Durga Mahesasura Mardiri di bilik sisi Utara.
- Arca Dewa Wisnu di bilik Candi Wisnu
- Arca Dewa Brahma di bilik Candi Brahma.
- Arca Nandi di bilik Candi Nandi
- Arca Dewa Surya di bilik Candi Nandi
- Arca Dewa Candra di bilik Candi Nandi.
- Sementara Candi Garuda, jika melihat dari struktur pemujaan yang ada di Candi Kedulan atau Parahyangan I tlu Ron atau tiga harryan. Sisi utara ialah berisi Lingga Yoni sebagai pemujaan persatuan Purusa dan Pradana.
- Sementara di Candi Angsa atau depannya Candi Brahma seharusnya diisi oleh Kundha untuk persembahan Api yang ditujukan kepada Dewa Brama. Hal ini juga disebutkan dalam Prasasti hal utama yang harus ada dalam upacara penetapan sima ialah keberadaan Api pemujaan dan Sang Hyang Kalumpang juga Watu Teas (lingga dan yoni).
- Arca Dewa Astadikpalaka yang terpahat dalam dinding langkan dalam juga memuat dewa penjuru arah mata angin yaitu (Dewa Indra, Yama, Baruna , Agni, Nirurti, Bayu, Kuwera, dan Isana)
Dalam pembangunan candi, tentu saja dilengkapi dengan adanya peripih atau pedagingan. Adapun peripih yang ditemukan di Candi Prambanan sangat spesial, terutama temuan di Candi Garuda. Peripih tersebut berisi mahamantra yang diperuntukkan untuk memuji Dewa Utama di Candi Prambanan, yaitu
“Om Paccima Gatra Ya Namah”
Yang berarti
Hormat kepada Dewa penguasa yang ada di arah barat.
Dalam Dewata Nawa Sangha, Dewa penguasa arah barat ialah Mahadewa. Hal tersebut juga sejalan dengan arca utama yaitu Arca Siwa Mahadewa.
Prasasti Bercat Merah
Candi Prambanan sebagai Candi kerajaan tentu saja memiliki Prasasti pendek. Diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh saudari Rani Andrika (dalam skripsi nya di Arkeologi UGM), dikatakan setidaknya terdapat 132 prasasti bercat merah yang tersebar di blok blok batu penyusun Candi Prambanan. Dua diantaranya yang terkenal ialah:
- Prasasti bercat merah yang terletak di waluhan pagar langkan Candi Prambanan sisi timur laut tertulis “Pikatan”
- Prasasti bercat merah yang terletak di makara sisi kanan pintu keluar Candi Siwa bilik Durga berbunyi “Mdang dibawa…hujung”, yang menginformasikan nama kerajaan Medang yang terletak di Hujung (mungkin Mamrati).
Riwayat Penemuan dan Pemugaran Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan ditemukan dalam kondisi runtuh oleh pegawai kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berkebangsaan Belanda bernama C.A. Lons pada 1733. Sejak ditemukan sampai dengan 1864, Candi Prambanan belum mendapat perhatian dari pemerintah Hindia-Belanda. Baru pada 1885, J.W. Ijzerman yang telah mendirikan “Archaelogische Vereeniging Van Jogja”, mulai melakukan pembersihan terhadap Kompleks Candi Prambanan.
Pemugaran Kompleks Candi Prambanan dimulai pada 1918 dengan memugar Candi Siwa oleh Oudheidkundige Dienst (Dinas Purbakala Hindia-Belanda) atas prakarsa F.D.K. Bosch. Ia menugaskan P.J. Perquin untuk menyusun kembali Candi Siwa.
Pada tahun 1926, dilanjutkan oleh De Haan sampai tahun 1930. Tahun 1931 digantikan oleh Van Romondt hingga tahun 1942 dan diserahkan kepada kepemimpinan Indonesia. Upaya restorasi pada Candi Siwa utama dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno, dengan slogan yang sangat melekat yaitu “Jangan Ambil Abunya, melainkan Apinya”. Artinya ambillah semangat leluhur bangsa dalam memperjuangkan Pendirian Candi Prambanan.
Nama Prambanan
Merujuk pada filsafat dan konsep dewa dewi pemujaan Candi Prambanan. Nama Prambanan dapat identifikasi berasal dari kata “parambrahman” . Parambrahman ialah Suatu bentuk ketahanan Agama Hindu yang secara harafiah berarti “Brahman Tertinggi”. Atau Tuhan yang tidak dapat diuraikan atau terpikirkan. Hal itu juga sejalan dengan salah satu prasasti pendek yang terbuat dari lempeng emas berbunyi “Aiswarya”. Lempeng emas tersebut ditemukan di sumuran Candi Garuda, Candi Prambanan. Dalam ajaran Hindu, dikenal dengan nama Asta Aiswarya yaitu delapan sifat kemahakuasaan Tuhan Ida Sang Hyang Widhi, yang meliputi:
- Anima artinya sangat halus
- Laghima artinya sangat ringan
- Mahima artinya sangat besar
- Prapti artinya dapat mencapai segala tempat
- Isitwa artinya melebihi segala gayanya
- Prakamya artinya kehendak Nya selalu tercapai
- Wasitwa artinya sangat berkuasa
- Yatrakamawasayitwa artinya kodrati tidak dapat diubah.